Stres dan Kesehatan
Hollaa guyss..👋Ketemu lagi blog akuu..Nah kali ini kita bakala bahas tentang stres dan kesehatan. Bicara soal stres, teman-teman pasti pernah ga sii ngalamain peristiwa yang menurut teman-teman itu menantang dan butuh perencanaan untuk dapat menyesuaikan diri dalam keadaan menantang dan terdapat ancaman tersebut??Misalnya, pernah ga sih temen-temen dikejar orang gila saat pulang sekolah??Peristiwa ini tentu sangat menantang dan mengancam bukan??Teman-teman menjadi harus berpikir bagaimana cara menghindar dari orang gila tersebut padahal sebenarnya teman-teman dalam keadaan panik. Ini bisa juga termasuk dalam stres . Stres tidak harus disebabkan oleh hal-hal yang besar dan berat, tapi juga bisa disebabkan oleh hal-hal sederhana.
Untuk lebih memahami materi kita kali ini, yukkk kita langsung aja ke pembahasan...
1. Stres dan Pemicu Stres ( Stressor )
Stres adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan respons fisik, emosional, kognitif, dan perilaku terhadap peristiwa yang dinilai sebagai ancaman atau tantangan.
Stres bisa muncul sendirinya dalam berbagai cara. Untuk masalah fisiknya seperti kurang tidur, kelelahan yang tidak biasa, sering masuk angin, bahkan mual dan nyeri dada. Perilaku yang timbul seperti mondar-mandir, terlalu banyak makan, minum lebih banyak dari biasanya, dan merokok. Secara fisik dapat memukul atau melempar barang. Secara emosional seperti depresi, mudah marah, cemas, dan sebagainya.
Pemicu stres terbagi atas 2, yaitu :
a. Distres : terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan
b. Eustres : Menurut Hans Selye , Eustres menggambarkan stres yang dialami saat kejadian positif mengharuskan tubuh untuk beradaptasi. Misalnya pernikahan, memiliki bayi merupakan suatu peristiwa positif menurut kebanyakan orang. Namun hal ini dapat menimbulkan perubahan untuk beberapa orang sehingga menimbulkan stres.
Dalam pembaruan definisi asli Selye, para peneliti sekarang mendefinisikan eustres sebagai jumlah stres optimal yang dibutuhkan orang untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Disini maksudnya adalah bahwa tingkat stres tertentu atau gairah sebenarnya diperlukan agar seseorang merasa puas dan berfungsi dengan baik. Faktanya, banyak siswa yang merasa bahwa adanya stres dapat meningkatkan motivasi mereka dalam belajar dan mengingat pelajaran.
Contoh : ketika kita akan menghadapi ujian biasanya akan timbul gairah yang membuat kita termotivasi untuk belajar.
2. Pemicu Stres ( Stressor ) dari Lingkungan
Terdapat 3 jenis faktor eksternal yang menyebabkan stres :
a. Bencana/malapetaka : peristiwa berskala besar yang tidak dapat diprediksi dan membutuhkan usaha yang luar biasa untuk menyesuaikan diri serta mengatasi perasaan terancam. Contoh : Banjir bandang, tanah longsor, tsunami.
b. Perubahan Hidup yang Utama : stres hadir di saat pengalaman hidup yang bukan hanya dalam bentuk negatif, seperti dipecat dari pekerjaan. Tetapi, juga dalam bentuk positif, seperti pernikahan atau kuliah, yang juga menuntut seseorang untuk melakukan penyesuaian dan perubahan.
c. Kerepotan : sebagian besar stres yang dialami sehari-hari sebenarnya berasal dari sedikit frustrasi, penundaan, gangguan, perbedaan pendapat kecil, dan kejengkelan kecil serupa. Contoh : ketika kita terlalu lama membiarkan setrika di atas pakaian, tanpa disadari pakaian tersebut hangus dan bolong.
3. Pemicu Stres ( Stressor ) Berdasarkan Faktor Psikologis
a. Tekanan : ketika ada tuntutan atau harapan mendesak atas perilaku seseorang yang berasal dari sumber luar. Contoh : ketika kita telat datang ujian dan ternyata waktu ujian tersisa 15 menit lagi.
b. Tingkat Kendali/Kontrol Diri : tingkat kendali yang dimiliki seseorang atas peristiwa atau situasi tertentu. Semakin sedikit kontrol yang dimiliki seseorang, semakin besar tingkat stresnya.
c. Frustasi : terjadi ketika orang dihalangi atau dicegah untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau memenuhi kebutuhan yang dirasakan. Contoh : ketika telat datang ke sekolah karena jalanan macet akibat adanya kecelakaan.
Frustasi terbagi atas 2, yaitu : Frustasi Eksternal. Contoh : ketika mobil mogok, tawaran pekerjaan yang diinginkan tidak datang, atau pencurian mengakibatkan hilangnya barang-barang seseorang. Frustasi Internal. Contoh : ketika Gebi ingin menjadi pilot tetapi ia takut akan ketinggian yang membuat ia tidak dapat mencapai keinginannya.
d. Konflik : ketika kita memiliki dua atau lebih keinginan, tujuan, atau tindakan yang bersaing dan tidak sesuai.
Konflik terbagi atas 3, yaitu :
1. Konflik pendekatan-pendekatan : ketika kita memiliki 2 pilihan yang sama-sama bagus. Tidak terdapat banyak tekanan disini, karena satu-satunya tekanan adalah kita harus memilih salah satu dan kehilangan yang lainnya.
2. Konflik penghindaran-penghindaran : ketika seseorang memiliki 2 tujuan yang tidak diinginkan. Contoh : harus memilih apakah akan menjalani operasi usus buntu atau harus menahan rasa sakit akibat usus buntu tersebut.
3. Konflik pendekatan-penghindaran : ketika seseorang harus memilih tujuan yang diinginkan sekaligus yang tidak diinginkan. Contoh : ketika mendapat tawaran pekerjaan, dimana gaji dari pekerjaan tersebut besar nominalnya tapi tidak diizinkan untuk menyempatkan diri beribadah.
4. Sindrom Adaptasi Umum ( Faktor Fisiologis )
Berikut tahapan sindrom adaptasi umum :
a. Alarm : Saat tubuh pertama kali bereaksi terhadap stresor, sistem saraf simpatik diaktifkan. Kelenjar adrenal melepaskan hormon yang meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan suplai gula darah, menghasilkan ledakan energi. Reaksi seperti demam, mual, sakit kepala.
b. Perlawanan : Saat stres berlanjut, tubuh menyesuaikan diri dengan aktivitas divisi simpatik, terus melepaskan hormon stres yang membantu tubuh untuk melawan pemicu stres. Tahap ini akan berlanjut sampai stresor berakhir atau organisme telah menghabiskan semua sumber dayanya.
c. Kelelahan : Ketika sumber daya tubuh habis, terjadi kelelahan. Kelelahan dapat menyebabkan pembentukan penyakit yang berhubungan dengan stres (misalnya, tekanan darah tinggi atau sistem kekebalan tubuh yang lemah).
5. Pengaruh Stres Terhadap Sistem Kekebalan
Bidang psikoneuroimunologi menyangkut studi tentang efek faktor psikologis seperti stres, emosi, pemikiran, pembelajaran, dan perilaku pada sistem kekebalan tubuh. Para peneliti menemukan lebih banyak bukti bahwa stres yang berkepanjangan dikaitkan dengan penurunan kemampuan untuk mengatur peradangan, dan tingkat peradangan yang lebih tinggi dikaitkan dengan banyak penyakit seperti radang sendi, penyakit jantung. penyakit, diabetes, dan kanker.
a. Penyakit Jantung. Stres telah terbukti menempatkan orang pada risiko penyakit jantung koroner yang lebih tinggi, penumpukan zat lilin yang disebut plak di arteri jantung. Stres dapat mempengaruhi pelepasan bahan kimia sistem kekebalan seperti sitokin, protein kecil yang terlibat dalam proses inflamasi. Stres juga mempengaruhi fungsi hati, yang tidak aktif saat sistem saraf simpatik terangsang dan tidak memiliki kesempatan untuk membersihkan lemak dan kolesterol dari aliran darah. Hal ini dapat menyebabkan arteri tersumbat dan akhirnya kemungkinan serangan jantung atau stroke.
b. Diabetes. Salah satu penyakit kronis yang terkadang dikaitkan dengan kenaikan berat badan yang berlebihan adalah diabetes, khususnya diabetes tipe 2. Tes diabetes tipe 2 dikaitkan dengan penambahan berat badan yang berlebihan dan terjadi ketika kadar insulin pankreas menjadi kurang efisien seiring dengan bertambahnya ukuran tubuh. Resistensi insulin telah dikaitkan oleh penelitian dengan tingkat sitokin sistem kekebalan yang lebih tinggi. Stres dapat meningkatkan pelepasan sitokin tersebut.
c. Kanker. Meskipun stres itu sendiri tidak dapat secara langsung menyebabkan kanker pada seseorang, stres dapat memiliki efek penekanan pada sistem kekebalan tubuh, membuat pertumbuhan kanker yang tidak terkendali lebih mungkin terjadi. Secara khusus, sel sistem kekebalan yang disebut sel pembunuh alami memiliki fungsi utamanya untuk menekan virus dan menghancurkan sel tumor. Stres telah terbukti menekan pelepasan sel pembunuh alami, membuat sistem tubuh lebih sulit melawan pertumbuhan kanker.
6. Psikologi Kesehatan
Psikologi kesehatan berfokus pada bagaimana aktivitas fisik, ciri-ciri psikologis, reaksi stres, dan hubungan sosial mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan dan tingkat penyakit.
a. Psikologi kesehatan klinis adalah subbidang psikologi kesehatan yang berfokus pada penggunaan pengetahuan yang diperoleh oleh para peneliti di lapangan untuk membantu mempromosikan gaya hidup sehat, membantu orang menjaga kesehatannya dan juga untuk mencegah atau mengobati penyakit.
b. Psikologi kesehatan juga memiliki koneksi ke psikologi perilaku. Bidang yang menggabungkan kedokteran dan psikologi serta berbagai bidang ilmiah lainnya yang berkaitan dengan masalah kesehatan.
7. Faktor Kognitif Pada Stres
a. Penilaian Primer : langkah pertama dalam menilai stres, yang melibatkan perkiraan tingkat keparahan stresor dan mengklasifikasikannya sebagai ancaman atau tantangan. Contoh : 2 hari lagi Ani akan mengikuti olimpiade fisika, namun ia tidak mempersiapkan dirinya dan malah pergi shopping dengan teman-temannya. Alhasil ketika hari Olimpiade telah tiba, Ani merasa terancam karena tidak ada persiapan belajar sebelumnya.
b. Penilaian Sekunder : langkah kedua dalam menilai stresor, yang melibatkan perkiraan sumber daya yang tersedia bagi seseorang untuk mengatasi ancaman. Contoh : Ani yang memiliki sumber daya waktu yang luang dapat mempersiapkan dirinya dengan baik untuk ikut Olimpiade Fisika. Sementara Adi merupakan aktivis kampus hanya memiliki waktu yang sedikit untuk persiapan Olimpiade Fisika. Ani akan lebih percaya diri menghadapi Olimpiade Fisika dibandingkan dengan Adi.
8. Faktor Kepribadian Pada Stres
Tipe-tipe kepribadian terbagi atas beberapa jenis, yaitu :
a. Tipe Kepribadian A : merupakan orang yang ambisius, sadar akan waktu, sangat pekerja keras, dan cenderung memiliki tingkat permusuhan dan kemarahan yang tinggi serta mudah tersinggung.
b. Tipe Kepribadian B : merupakan orang yang santai, kurang bersemangat dan kompetitif dibandingkan Tipe A, dan lambat marah.
c. Tipe Kepribadian C : merupakan orang yang menyenangkan tetapi tertekan, yang cenderung menginternalisasi kemarahan dan kecemasannya serta merasa sulit untuk mengekspresikan emosi.
d. Tipe Kepribadian Keras : Tidak semua orang Tipe A rentan terhadap penyakit jantung. Beberapa orang tampaknya benar-benar berkembang dalam stres alih-alih membiarkan stres melemahkan mereka.
9. Faktor Sosial & Budaya yang Mempengaruhi Stres
a. Kemiskinan. Kurangnya uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dapat menyebabkan banyak stres bagi orang dewasa dan anak-anak, seperti kepadatan penduduk, kurangnya perawatan medis, peningkatan tingkat kecacatan karena perawatan prenatal yang buruk, lingkungan yang bising, peningkatan tingkat penyakit (seperti asma) di masa kanak-kanak, dan kekerasan.
b. Stres Kerja. Beberapa sumber khas stres di tempat kerja, yaitu beban kerja, kurangnya variasi atau kebermaknaan dalam pekerjaan, kurangnya kendali atas keputusan, jam kerja yang panjang, kondisi kerja fisik yang buruk, rasisme, seksisme, dan kurangnya keamanan kerja.
c. Stres Akulturasi. Merupakan stres akibat kebutuhan untuk berubah dan beradaptasi dengan budaya dominan atau mayoritas.
10. Strategi Coping
Strategi coping merupakan tindakan yang dapat diambil orang untuk menguasai, mentolerir, mengurangi, atau meminimalkan efek stres, dan mereka dapat mencakup strategi perilaku dan strategi psikologis.
Berikut perbedaan coping untuk menyelesaikan masalah dengan coping untuk menyelesaikan emosi :
a. Coping yang berfokus pada masalah : ketika orang mencoba menghilangkan sumber stres atau mengurangi dampaknya melalui tindakan mereka sendiri. Contoh : Ani stres karena memiliki tugas yang menumpuk. Maka, untuk mengurangi atau menghilangkan sumber stresnya maka Ani harus tetap mengerjakan tugasnya dengan cara dicicil dan diselesaikan satu per satu. Karena yang menjadi sumber stres Ani adalah tugas yang menumpuk.
b. Coping yang berfokus pada emosi : merupakan strategi yang melibatkan perubahan cara seseorang merasakan atau bereaksi secara emosional terhadap stresor. Contoh : Ani merasa sangat sedih karena dimarahi ibunya sebelum berangkat ke sekolah. Maka yang dilakukan Ani adalah berusaha tenang dengan mendengar celoteh lucu dari temannya atau bisa juga dengan curhat kepada temannya.
11. Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Coping
Sistem dukungan sosial dapat berupa jaringan teman, anggota keluarga, tetangga, rekan kerja, dan orang lain yang dapat menawarkan bantuan kepada orang yang membutuhkan. Bantuan itu dapat berupa nasihat, dukungan fisik atau moneter, informasi, dukungan emosional, cinta dan kasih sayang, atau persahabatan. Penelitian telah secara konsisten menunjukkan bahwa memiliki sistem dukungan sosial yang baik sangat penting dalam kemampuan seseorang untuk mengatasi stressor. Orang dengan sistem dukungan sosial yang baik lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal karena penyakit atau cedera daripada mereka yang tidak memiliki dukungan semacam itu.
12. Pengaruh Budaya Terhadap Coping
Perbedaan budaya dapat berpengaruh dalam mengatasi stres. Contohnya yaitu di daerah pedesaan Vietnam, kita bisa melihat para pria tua memoles kayu yang merupakan peti matinya sendiri dan ini tidak aneh bagi kita yang melihatnya. Karena hal seperti ini sudah menjadi tradisi di Vietnam, mereka tidak takut mati. Dan orang-orang tua di Vietnam menganggap pikiran tentang kematian itu tidak akan membuat stres. Hal ini berbeda dengan kebudayaan Barat.
13. Pengaruh Agama Terhadap Coping
Keyakinan pada kekuatan yang lebih tinggi juga bisa menjadi sumber kenyamanan yang besar di saat stres. Ada beberapa cara keyakinan agama dapat mempengaruhi tingkat stres yang dialami orang dan kemampuan untuk mengatasi stres tersebut. Salah satu caranya ialah orang yang memiliki keyakinan agama yang kuat, ditambah lagi dengan ketika ia tergabung dalam organisasi atau keanggotaan keagamannya dan menghadiri tempat ibadah mereka ( seperti masjid, kuil, gereja ). Biasanya mereka tidak akan merasa sendirian karena mereka yakin ada Tuhan yang akan menolong mereka dan juga banyak orang di sekitar mereka.
Okkeyy sekian dulu guysss...See youuu..👋
Sumber : Ciccarelli, S. K., & White, J. N. (2015). Psychology Fifth Edition. USA: Pearson Education, Inc
Komentar
Posting Komentar